Selasa, 16 Oktober 2007

Perpustakaan Keluarga

Minat masyarakat untuk menghadirkan perpustakaan di rumah atau sering juga disebut perpustakaan keluarga mulai tumbuh. Kehadiran perpustakaan di rumah ini diharapkan mampu mendekatkan anggota keluarga, terutama anak-anak, dengan kegiatan membaca dan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar.

Wien Muldian, Koordinator Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional, Senin (15/10) di Jakarta, mengatakan, tumbuhnya budaya membaca memang idealnya lahir dari keluarga. Lingkungan untuk membuat masyarakat gemar membaca itu perlu diciptakan dengan berbagai cara dan kreasi.

"Untuk kondisi di Indonesia, saat di keluarga mulai ada kesadaran untuk membuat perpustakaan pribadi atau keluarga, perlu juga didukung dengan tumbuhnya perpustakaan yang lahir dari komunitas. Sebenarnya minat baca masyarakat kita ada, tetapi akses ke sumber bacaan itu yang terbatas," ujar Wien yang juga penggagas Forum Indonesia Membaca.

Menurut Wien, perpustakaan keluarga itu bisa dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan setiap keluarga. Ada yang menyediakan sebuah ruangan khusus yang didesain sedemikian rupa menjadi sebuah perpustakaan keluarga yang nyaman. Ada juga yang hanya menyediakan rak-rak buku supaya penyimpanan buku rapi.

"Dalam pemilihan buku, terutama untuk anak-anak, ya seharusnya ada tingkatan buku bacaan sesuai umur anak. Mulai yang ringan dulu dan terus meningkat sampai ke apa yang disukai anak. Ini yang masih lemah dalam pemilihan buku di keluarga," kata Wien.

Minat spesifik

Dian Safitri, relawan sekaligus mantan Ketua Yayasan 1001 Buku, mengatakan, perpustakaan keluarga paling tepat untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan bacaan karena disesuaikan dengan minat spesifik anggota keluarga. Perpustakaan keluarga bisa menjadi alternatif bagi keluarga untuk menghabiskan waktu di luar menonton televisi yang belakangan mendominasi ruang- ruang keluarga. "Saya tidak ingin anak saya hanya tertarik menonton televisi, jadi saya berusaha membuat perpustakaan keluarga sejak dua tahun lalu," ujarnya.

Awalnya Dian mengumpulkan buku-buku yang dibutuhkan keluarga. Untuk anaknya yang baru berusia dua tahun, disediakan buku-buku khusus sebagai pengenalan, seperti buku dari kain dan buku untuk dibacakan ke anak. Dian juga membuka berbagai situs di internet mengenai cara pengelolaan perpustakaan.

Dari sebuah situs mengenai perpustakaan di sekolah, dia mendapatkan cara mengelola perpustakaan di kelas dan menirunya. Buku-buku tidak dideretkan di dalam lemari, tetapi dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam kotak-kotak yang sudah diberi label sesuai dengan tema buku. "Itu memudahkan bagi anak-anak. Kotak-kotak itu kemudian disusun dalam lemari," katanya.

Bagi para pencinta buku, membuat perpustakaan keluarga mulai menjadi sebuah kebutuhan dan telah menjadi tren. Dengan perpustakaan keluarga, minat membaca dapat makin ditumbuhkan.

* Digunting dari Harian Kompas Edisi Selasa, 16 Oktober 2007

1 komentar:

voicesnoises mengatakan...

blognya bagus. boleh di link di blog kami?

saya juga mau memberi info bahwa perpus keluarga kami, "openboooks" terbuka buat siapa saja. untuk detailnya, silakan berkunjung ke blog-katalog kami: http://openboooks.blogspot.com/