Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III atau biasa dijuluki Mayoga mampu mengubah citra buku yang sering kali dianggap momok menakutkan menjadi barang paling dicari. Para siswa di sekolah tersebut bahkan rela menghabiskan waktu berjam-jam di Perpustakaan Mayoga yang mereka juluki "Mayoga Heaven" atau "Surga Mayoga".
Siswi kelas X, Endah, dan beberapa rekan mengaku telah menjadikan perpustakaan tersebut sebagai tempat paling favorit di sekolah. Mereka lebih suka menghabiskan waktu istirahat memelototi aneka buku ketimbang nongkrong di kantin. "Di kantin malah boros, kalau di sini (perpustakaan) murah, meriah, dan menyenangkan," ujar Endah, diikuti tawa rekan-rekannya.
Selain menambah ilmu pengetahuan, para siswa bisa meminjam buku- buku cerita. Endah mengaku menyukai buku bertema cerita cinta, sedangkan teman sekelasnya, Sigit, lebih memilih buku tentang agama dan ilmu murni. "Suka banget, betah hingga berjam-jam," ucap Endah.
Perpustakaan yang dilengkapi dengan hotspot serta lima komputer yang bisa mengakses internet gratis ini ternyata juga dimanfaatkan oleh staf sekolah. Tukang kebun sekolah, Teguh, selalu menyempatkan diri untuk membaca surat kabar edisi terbaru. Bagi Teguh, satu jam setiap hari di perpustakaan bisa meningkatkan pengetahuan.
Kenyamanan, kelengkapan, dan aneka program pendongkrak minat baca membawa perpustakaan ini meraih Juara Pertama Tingkat Nasional pada lomba perpustakaan sekolah yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional pada 3-5 September.
Menurut Konsultan Perpustakaan Zaenal Fanani, keberhasilan tersebut tak lepas dari program inovatif yang dimunculkan. Untuk mendongkrak minat baca, Mayoga menjadi satu-satunya sekolah di DI Yogyakarta yang menerapkan muatan lokal (mulok) Pengembangan, Pengenalan, dan Minat Baca. Dengan pembelajaran selama dua jam tiap minggu terbukti minat baca siswa terus meningkat.
"Selama ini image buku dianggap serius. Padahal, banyak buku yang gaul. Mulok dan kehadiran perpustakaan menjadi solusi dongkrak rendahnya indeks membaca pelajar Indonesia yang hanya 0,009 persen," ungkap Zaenal.
Kepala Urusan Pendayagunaan Perpustakaan Rodatun Widayati menambahkan, peningkatan minat baca terdongkrak sejak perpustakaan diletakkan pada tempat paling strategis, yaitu di ruang terdepan sebagai etalase madrasah. Jam pelayanan perpustakaan ini juga diperpanjang hingga pukul 16.30.
Kenyamanan siswa saat membaca juga diperhitungkan dengan pemasangan pendingin ruangan serta audio musik. Ruangan juga didesain penuh warna sehingga menimbulkan kesan ceria. "Nantinya pembelajaran tak lagi berpusat pada guru, tetapi lebih ke arah student center learning," katanya.
Koleksi perpustakaan, menurut Kepala Urusan Kurikulum Thoha, terdiri atas 8.699 judul buku serta 571 judul nonbuku berupa kepingan VCD. Setiap hari pengelola perpustakaan yang berada langsung di bawah kepala madrasah selalu berbelanja buku. Pada 2007 saja mereka menganggarkan Rp 200 juta untuk fasilitasi perpustakaan.
Para siswa juga bisa mengetahui koleksi perpustakaan dengan menggunakan internet. Di waktu mendatang Mayoga bertekad akan bertransformasi menjadi hibryd library. "Tidak secara tradisional mengandalkan buku koleksi, tetapi multiakses dan multikoleksi dari internet hingga intranet menuju era virtual classroom," ujar Zaenal.
* Digunting dari Harian Kompas Jogja Edisi 12 September 2007
Sabtu, 15 September 2007
Perpustakaan, Surga Para Mayoga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
:: Awal :: Kliping :: Esai :: Resensi :: Tips :: Tokoh :: Perpustakaan :: Penerbit :: Suplemen Khusus :: Buku Baru :: Undang-Undang ::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar